Jumat, 22 Maret 2013

makalah bangsa bugis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar BelakangTop of Form
seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Sulawesi Selatan yaitu³suku Bugis´ melalui 7 unsur kebudayaan yang ada.Melihat keunikkan dari daerah Sulawesi selatan ini sendiri, penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut. Sulawesi Selatan memiliki berbagai macam kebudayaan yangsangat unik seperti suku bugis, toraja, Makassar, dsb. Sungguh sangat menarik jika diteliti.Kebudayaan mereka pun tidak jauh berbeda dan saling berhubungan.
1.2              Batasan Pembahasan
1.      Identifikasi Suku-Bangsa Bugis
2.      Sistem Kekerabatan
3.      Sistem pengetahuan
4.      Agama
5.      Mata Pencaharian Hidup
6.      Bahasa, Tulisan dan Kesusasteraan
7.      Teknologi
8.      Kesenian





BAB II
PEMBAHASAN


 2.1   Identifikasi
Kebudayaan Bugis Makasar adalah kebudayaan dari suku-bangsa Bugis-Makassar yang mendalami bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau sulawesi. Dimana terdiri atas 23 kabupaten, diantaranya dua buah kota-madya. Penduduk propinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku-bangsa ialah : Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Orang Bugis mendiami kabupaten-kabupaten Bulu-kumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, didenreng-Rappang, Pinreng, Polewali-Mamasa, Enkereng, Luwu, Pare-pare, Barru, Pangkajenen Kepulauan dan Maros. Pangkajenen dan Maros merupakan daerah-daerah peralihan yang penduduknya menggunakan bahasa bugis dan makassar. Kabupaten Enrekang merupakan daerah peralihan Bugis-Toraja dan penduduknya sering dinamakan orang Duri.
Orang Makassar mendiami kabupaten-kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan Pangkajene (Bugis-Makassar). Orang Toraja ialah penduduk Sulawesi Tengah, sebagian juga mendiami propinsi Sulawesi Selatan, ialah wilayah dari kabupaten Tana-Toraja dan Mamasa (Toraja Sa’dan). Orang Mandar mendiami kabupaten Majene dan Mamuju.

2.2  Sistem Kekerabatan
Perkawinan dalam hal mencari jodoh dalam kalangan masyarakat desanya sendiri, adat Bugis-Makassar menetapkan sebagai perkawinan yang ideal :
1.      Perkawinan assialang marola (dalam bahasa Makassar passialleang baji’na) : antara saudara sepupu derajat kesatu baik dari pihak ayah maupun ibu.
2.      Perkawinan assialanna memang (dalam bahasa Makassar passialleanna) : perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun ibu.
3.      Perkawinan antara ripaddeppe’ mabelae (dalam bahasa Makassar nipakambani bellaya) : perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga juga dari kedua belah pihak.
Adapun perkawinan-perkawinan yang dilarang karena dianggap sumbang (salimara’) adalah :
1.      Perkawinan antara anak dengan ibu atau ayah.
2.      Antara saudara-saudara kandung.
3.      Antara menantu dan mertua.
4.      Antara paman atau bibi dengan kemenakannya.
5.      Antara kakek dan nenek dengan cucu.
Perkawinan yang dilangsungkan secara adat melalui deretan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.      Mappuce-puce (dalam bahasa Makassar akkusissing) : kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis untuk memeriksa kemungkinan apakah peminang dapat dilakukan. Kalu kemungkinan itu tampak ada, maka diadakan.
2.      Massuro (dalam bahasa Makassar assuro) : kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis mas-kawinnya, belanja perkawinan, dan penyelenggaraan pestanya. Setelah tercapai persepakatan maka masing-masing keluarga melakukan.
3.      Madduppa (dalam bahasa Makassar ammuntuli) : pemberitahuan kepada semua kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan datang.

2.2      Sistem Pengetahuan

Sampai tahun 1965 , karena keadaan kekacauan terus-menerus sejak zaman jepang, zaman revolusi, dan zaman pemberontakan kahar muzakar, maka perkembangan di sulawesi selatan amat terbelakang kalau dibangkan dengan lain-lain daerah di indonesia walaupun demikian di kota-kota, usaha memajukan pendidikan berjalan juga dan sesudah pemulihan kembali keadaan aman, maka disampin rehabilitaasi dalam sektor2 ekonomi, sarana dan kehidupan kemasayarakatan pada umum nya, usaha dari lapangan pendidikan mendapat perhatian yang khusus.



2.3   Agama
Religi orang Bugis-Makassar dalam zaman pra-Islam, seperti tampak dari sure’ Galigo, sebenarnya telah mengandung suatau kepercayaan satu dewa yang tunggal yang disebut dengan beberapa nama seperti :
1.      Patoto-e (dia yang menentukan nasib).
2.      Dewata seuwa-e (dewa yang tunggal).
3.      Turie a’rana (kehendak yang tertinggi).
Sisa-sisa kepercayaan lama seperti ini masih tampak jelas misalnya pada orang To Lotang di kabupaten Sidenreng-Rappang dan pada orang Amma-Towa di Kajang, kabupaten Bulukumba.
Waktu agama islam masuk ke Sulawesi Sealatan pada permulaan abad ke-17, maka ajaran Tauhid dalam Islam, mudah dapat di pahami oleh penduduk yang telah percaya kepada dewa yang tunggal dalam La Galigo. Demikian agama islam mudah diterima dan proses itu dipercepat dengan dan oleh kontak terus-menerus dengan pedagang-pedagang Melayu islam yang sudah menetap di Makassar, maupun dengan kunjungan-kunjungan orang Bugis-Makassar ke negeri-negeri lain yang sudah beragama islam.
Hukum Islam atau syari’ah diintegrasikan ke dalam panngaderreng dan menjadi sara’ (unsur yang mengandung pranata-pranata dan hukum Islam) sebagai suatu unsur pokok darinya dan kemudian menjiwai keseluruhannya.
Kira-kira 90% dari penduduk Sulawesi Selatan adalah pemeluk agama islam, sedangkan hanya 10% memeluk agama kristen protestan atau katolik. Kegiatan da’wah islam dilakukan oleh organisasi islam yang amat aktif sepetri Muhamadiyah, Darudda’wah wal Irsjad, partai-partai politik islam dan ikatan mesjid dan musholla dengan pusat islamnya di Ujung Pandang. Kegiatan-kegiatan dari missi katolik dan penyebar injil lainnya juga ada di Sulawesi Selatan





2.4   Mata Pencaharian
Penduduk Sulawesi  Selatan pada umumnya petani seperti penduduk dari lain-lain daerah di Indonesia. Di berbagai tempat di pegunungan, di pedalaman dan tempat-tempat terpencil lainnya di Sulawesi Selatan seperti di daerah orang toraja, banyak penduduk msih melakukan cocok tanam dengan teknik peladangan.
Adapun pada orang Bugis dan Makassar yang tinggal di desa-desa di daerah pantai, mencari ikan merupaka n suatu mata pencaharian hidup yang penting. Memang orang Bugis dan Makassar terkenal sebagai suku-bangsa pelaut di Indonesia yang telah mengembangkan suatu kebudayaan maritim sejak beberapa abad lamanya. Kebudayaan maritim dari orang Bugis-Makassar itu tidak hanya mengembangkan perahu-perahu layar dan kepandaian berlayar yang cuckup tinggi, tetapi juga meninggalkan suatu hukum niaga  dalam pelayaran, yang disebut Ade’ Allopi-loping Bicaranna Pabbalu’e  dan yang tertulis pada lontar oleh Amanna Gappa dalam abad ke-17. Bakat berlayar yang rupa-rupanya telah ada pada orang Bugis dan Makassar, akibat dari kebudayaan maritim dari abad-abad yang telah lampau itu.
Sebelum Perang Dunia ke-II, daerah Sulawesi sealatan merupakan daerah surplus bahan makanan, yang mengexport beras dan jagung ke lain-lain tempat di Indonesia. Adapun kerajinan rumah tangga yang khas dari Sulawesi Selatan adalah tenunan sarung sutera dari Mandar dan wajo dan tenunan sarung Samarinda dari Bulukumba.

2.5   Bahasa, Tulisan dan Kesusasteraan
Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan orang Makassar bahasa Mangasara. Kedua bahasa tersebut pernah dipelajari dan diteliti secara mendalam oleh seorang ahli bahasa Belanda  B.F.Matthes, dengan mengambil berbagai sumber, kesusateraan tertulis yang sudah dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar itu sejak berabad-abad lamanya. Huruf yang dipakai dalam naskah-naskah Bugis-Makassar kuno adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang asal dari huruf sansekerta. Sejak abad permulaan abad ke-17 waktu agama islam dan kesusasteraan islam mulai mempengaruhi Sulawesi Sealatan, maka kesusasteraan Bugis dan Makassar ditulis dalam huruf Arab (aksara serang).
Naskah-naskah kuno dari orang Bugis dan Makassar hanya tinggal ada yang ditulis diatas kertas denga pena atau lidi ijuk (kallang) dalam aksara lontara atau dalam aksara serang. Di antara buku terpenting dalam kesusasteraan Bugis dan Makassar adalah buku Sure Galigo. Suatu himpunan amat besar dari suatu mitologi yang bagi banyak orang Bugis dan Makassar masih mempunyai nilai yang keramat. Selain itu juga mempunyai fungsi sebagai pedoman dan tata kelakuan bagi kehidupan orang, seperti buku himpunan amanat-amanat dari nenek moyang (paseng), buku himpunan undang-undang, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemimpin-pemimpin adat (rapang). Kemudian ada juga himpunan-himpunan kesusasteraan yang mengandung bahan sejarah, seperti silsilah raja (Attoriolong) dan ceritera-ceritera pahlawan yang dibubuhi sifat-sifat legendaris (pau-pau). Akhirnya ada juga banyak buku-buku yang mengandung dongeng rakyat, catatan-catatan tentang ilmu gaib (kotika) dan buku-buku yang berisi syair, nyanyian-nyanyian, teka-teki dan sebagainya.

2.6   Teknologi

Suku bugis di makasar sebagai salah satu pewaris bangsa bahari. Banyak bukti yang menunjukan suku bugis piawai menguasai lautan dengan perahu layar. Perantauan mereka sudah terkenal sejak beberapa abad lalu. Mereka tidak hanya menguasai perairan wilayah nusantara, banyak bukti yang membuktikan bahwa sejak dulu pelaut bugis makasar telah sampai disemenanjung malaka, singapura, Filipina, Australia, madagaskar ,dan lain sebagainnya. Salah satu jenis perahu yang digunakan untuk berlayar ialah perahu pinisi. Perahu jenis ini telah digunakan oleh pelaut bugis sejak ratusan tahun lalu. Diluar Sulawesi selatan, perahu pinisi lebih dikenal sebagai perahu bugis.
Menurut beberapa sumber perahu yang dipergunakan masyarakat pesisir ada beberapa jenis. Tetapi, pada umumnya perahu yang mereka gunakan adalah perahu kecil yang digunakan untuk mendukung aktivitas mereka sehari-hari. Menurut legenda, perahu besar baru mulai dipergunakan sejak zaman saweri gading seperti disebutkan dalam lontarak ilaga ligo. saweri gading adalah putra raja luwu yang pertama kali menggunakan perahu yang berukuran besar. Perahu tersebut dibuat dengan kekuatan medis oleh neneknya yang bernama la toge langi (gelar batara guru) selanjutnya mereka percaya bahwa dari rakitan itulah mereka mendapatkan ilham dasar membuat perahu yang terbuat dari lembaran-lembaran papan. Mereka percaya konstruksi perahu saweri gading telah dibakukan oleh nenek moyang mereka yang selanjutnya menjadi pola perahu yang terkenal yaitu pinisi.
Bagi orang lemo-lemo, mereka percaya bahwa keahlian membuat perahu yang mereka miliki bersumber dari penemuan saweri gading demikian pula orang bira mereka percaya bahwa keahlian berlayar yang mereka miliki sejak dahulu diwarisi dari penemuan layar dan tali temali perahu dari saweri gading.
Untuk perahu jenis lainnya, masyarakat suku bugis yang bermata pencaharian sebagai nelayan mampu merakit perahu bercadik atau perahu kecil yang bernama padewakang. Umumnya perahu ini digunakan para nelayan untuk berburu ikan. 

2.7   Kesenian
Alat musik:
1.Kacapi(kecapi)
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis,
   Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau
   diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang 
   memiliki dua dawai,diambil karena penemuannya dari tali layar perahu.
   Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan,
   bahkan hiburan pada hari ulang tahun.



2. Sinrili

Alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan
    membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain
    duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.

4.      Gendang

    Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar
    seperti rebana.
5.      Suling
  Sulingbambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan  dimainkan bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah
   Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau
   acara penjemputan tamu.



Seni Tari

• Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
• Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika
   kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran
   dan kehormatan

• Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang
   sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan
   perempuan-perempuan Bugis.
• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai (waria),
   namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
• Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari Pa’galung, dan tari
   Pabbatte(biasanya di gelar padasaat Pesta Panen).



BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Suku-Bangsa Bugis adalah bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau Sulawesi.
3.2 Saran
                        Mengetahui






















DAFTAR PUSTAKA




Senin, 18 Maret 2013

makalah pengantar pendidikan tentang azas pendidikan dan penerapannya


TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN
“AZAS PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA”


Di Susun Oleh :
1.Ema lestari(1206091)






FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah- Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AZAS POKOK PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA“. Makalah yang kami susun ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia biasa, saya berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, NAMUN, saya tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun makalah ini.
Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing yang telah membimbing dan sudi membagi ilmunya kepada kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Untuk menyempurnakan makalah ini, saya dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari kami dapat menyempurnakan makalah ini dan saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.



Padang,  15 Maret 2013

Penulis



DAFTAR ISI























                                                                             




BAB I
Pendahuluan
            1.1              Latar Belakang Masalah
          Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini brdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Lige Long Learning). Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.

          Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai AZAS POKOK PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA.Azas pokok pendidikan yaitu asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar,dan penerapan azas pendidikan dewasa ini adalah keadaan yang ditemui,permasalahan yang dihadapi dan pengembangan penerapan azas-azas pendidikan.


1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
b. Apa saja asas asas pokok pendidikan?
c.bagaimana penerapan asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah yang di bahas dalam penerapan asas pendidikan?


1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian asas pendidikan
b. Untuk mengetahui macam-macam asas pokok pendidikan
c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan asas pendidikan
d. Untuk mengetahui yang dibahas dalam penerapan asas pendidikan.
                                                                                                                                              




















BAB II
   ISI
 Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Bab II ini akan memusatkan paparan dalam berbagai asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Asas pokok dalam pendidikan yaitu: adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.penerapan azas-azas pendidikan dewasa ini,yaitu: keadaan yang ditemui,permasalahan yang di hadapi,pengembangan penerapan azas-azas pendidikan.

A.    ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. (Hartoto, 2008)
Berdasarkan Bahan Ajar Pengantar Pendidikan UNP (2008), setidaknya ada tiga asas pokok yang harus dipertimbangkan dan dipedomani dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Ketiga asas tersebut ialah asas Tutwuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandirian dalam belajar.

1.     Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwan Tutwuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Secara historis Tutwuri Handayani lahir sebagai semboyan yang digunakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem pendidikan Taman Siswa. Makna Tutwuri Handayani adalah:
a)      Tutwuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih  tanpa pamrih
b)       Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, menggairahkan agar sang anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi. (Arga, 2011)
Berdasarkan asas Tutwuri Handayani ini, kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat kepada peserta didik sendiri. Dapat dikatakan bahwa asas Tutwuri Handayani merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif. (Tim, 2008)
tara  ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
         Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
         Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
         Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur. Ada sebuah hadis Nabi Saw yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, beliau bersabda yang artinya: ”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”. Di sini Islam telah lama mengenal konsep ini jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya. Konsep tersebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction To Lifelong Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengard, yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO. Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seharusnya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu (1) memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif, (2) meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari belajar sepanjang hayat. (Rangga, 2011)
Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat, maka terjadi perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak bermanfaat. Sebab apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah seseorang dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat. (Tim, 2008)

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
·         Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
·         Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3.     Asas Kemandirian dalam Belajar
Di dalam asas Tutwuri Handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung sangat erat kaitannya dengan asas Kemandirian dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, mungkin dapat dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Adapun dalam asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, oleh karena itu tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain. (Rangga, 2011)
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

B.PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1.      Asas Belajar Sepanjang Hayat
2.      Asas Tut Wuri Handayani
3.      Asas Kemandirian dalam Belajar
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan dibicarakan:
1.      Keadaan yang ditemui sekarang
2.       Permasalahan yang ada
3.       Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.







1. Keadaan Yang Ditemui Sekarang
 Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
a)      Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
b)         Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
c)      Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan
d)     Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani
e)      Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
1.      meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
2.      menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
f)  Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
g)  Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga
h)   Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental. 
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
a)      Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. 
b)       Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
c)      Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.
d)       Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
e)      Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal.(Jurnal Pendidikan,1989).

2.      Permasalahan yang Dihadapi
a.       Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya bangsa.
b.      Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesiayang multidimensional.
            Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya (1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam, (2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan (3) usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran. (Qym, 2009)

3.      Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
a)      Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain:  Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan,
b)      Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
c)      Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,
d)      Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien: (a)meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–daerah, daerah–daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar, (b) desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan (c) peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan. (Qym, 2009)










BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulanا
Pengertian Asas – Asas Pendidikan
Ø  Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.

Asas Pokok Pendidikan
1.      Asas Tut Wuri Handayani
2.       Asas Belajar Sepanjang Hayat
3.      .Asas Kemandirian dalam Belajar

Penerapapan azas-azas pendidikan:
1.      keadaan yang ditemui
2.      permasalahan yang di hadapi
3.      pengembangan azas-azas pendidikan

3.2.Saran
           







DAFTAR PUSTAKA
Hartoto.2008. landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya. [serial on line]. http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya.[07 Oktober 2010]
Qym. 2009. Asas-asas Pendidikan dan Penerapannya dalam http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html/ diakses pada 28 Februari 2012
Rangga. 2011. Konsep Pendidikan dalam http://rangga19.web.id/konsep-pendidikan.html/  diakses pada 28 Februari 2012
Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang: FIP UNP
Referensi:
Arga, Ugik Ghandes dkk. 2011. Landasan dan Asas-asas Pendidikan serta Penerapannya dalam  http://pockcoro.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html/ diakses pada 28 Februari 2012